Dalam keluarga, mencegah kehamilan bukan untuk wanita saja. Ketika berpikir tentang mengendalikan kehamilan atau jumlah, sudah pasti terlintas pada pikiran kita bahwa pil KB untuk wanita saja. Jika memang adil, kedua belah pihak harus secara bersama-sama dapat mengendalikan jumlah anak yang bakalan dimiliki. Ini bukanlah hal yang mudah untuk dimengerti bersama, namun dampaknya akan sangat signifikan untuk kehidupan selanjutnya.
Program KB yang dicanangkan oleh pemerintah tidak serta merta membatasi pasangan untuk memiliki banyak keturunan. Untuk kesehatan ibu dan bayi misalnya, hingga ke ekonomi yang lebih baik. Program ini paling sering kita dengar hanya diperuntukkan untuk wanita/ibu saja. Bahkan sudah menjadi barang wajib hanya ibu yang mendapat perlakuan KB. Sebagai keluarga, Gookalian akan memberikan beberapa informasi bahwa urusan kehamilan ayah juga harus ikut andil.
Mencegah Kehamilan Bukan Untuk Wanita Saja
Salah satu cara mencegah kehamilan yang cukup efektif adalah dengan model Kalender. Karena tidak menggunakan bahan kimia untuk hormon dan pemasangan alat tertentu. Cara ini juga membutuhkan kerjasama ayah untuk berpuasa. Cara-cara tersebut lazimnya harus didiskusikan artinya tidak hanya ibu yang andil dalam mengatur keturunan.
Program KB Lebih Banyak Untuk Wanita
Kita sudah terlalu sering menanamkan KB ke pihak wanita, ya memang sejalan dengan jenis yang begitu melimpah untuk kaum ini. Dari mulai IUD, pil dan lainnya berefek ke si perempuan. Ada yang berefek ke kulit yang menghitam, badan yang lebih gemuk, hingga perubahan hormon yang tidak membuat nyaman.
Dia harus menanggung beban ini sendirian padahal dalam keluarga terdapat dua pihak yang harus bersama-sama mengatasi hal ini. Meskipun alat KB untuk pria hanyalah sedikit, penggunaannya cenderung lebih sedikit efek samping. Untuk itu, perlu diperhatikan menggunakan alternatif KB untuk pria berupa vasektomi dan kondom.
Meskipun kondom tidak cukup efektif dalam mencegah kehamilan, namun akan lebih baik tetap digunakan dengan prosedur yang tepat. Karena tidak memberatkan si wanita sebagai sebuah keputusan bersama dalam keluarga mengurangi banyak efek samping metode KB yang lain.
Kontribusi Pria Dalam KB Masih Rendah
Menurut kepala BKKBN, Hasto Wardoyo membenarkan bahwa hanya 5% dari keseluruhan laki-laki yang mau ikut program KB. Padahal pria juga merupakan bagian atau mitra wanita dalam reproduksi dan kegiatan bereproduksi yang harus berbagi tanggung jawab.
Masalah Mindset bahwa urusan KB adalah urusan wanita saja memang mengakar yang seharusnya dihilangkan. Tidak adil jika hal tersebut hanya diperuntukkan untuk satu pihak saja. Padahal ini merupakan tugas berdua antara suami istri.
Mencegah Kehamilan Bukan Untuk Wanita Saja Terkendala Budaya Dan Beban Stereotip
Pembebanan pada gender perempuan terkait program KB sebenarnya tidaklah adil. Ketimpangan yang terjadi dan penggiringan opini secara terus menerus bahwa hanya wanita saja yang menggunakan alat kontrasepsi adalah masalah bersama. Berdasarkan data dari BKKBN yang menyebutkan peran pria masih sedikit, perlu studi yang lebih mendalam mengapa hal ini terjadi.
Stereotipe yang telah mengakar bahwa hanya wanita yang pantas melakukan program KB membawa hal buruk. Padahal dalam proses pembuahan, pria juga ikut andil.
Budaya yang menyebutkan jika pria yang melakukan KB adalah kehilangan ke “Laki” an mereka. Tentu saja hal ini merupakan budaya patriarki yang membuat lelaki seolah lepas tanggung jawab soal kehamilan. Meskipun begitu, ada juga pria di Indonesia yang secara dewasa dan matang pemikirannya untuk menurunkan egonya untuk bekerja sama dengan sang istri dalam mengendalikan kehamilan.
Pemikiran inilah yang seharusnya tercipta antar pasangan dalam keluarga. Mengatur keturunan memang tanggung jawab bersama, tetapi usaha tersebut akan lebih baik jika dilakukan berdua dalam hal berhubungan badan.
Pilihan KB Untuk Pria Membuat Kecewa
Salah satu alasan lain mengapa pria tidak mau melakukan program KB adalah hambatan dalam kepuasan. Penggunaan kondom berdampak pada kondisi tersebut. Sedangkan vasektomi akan menurunkan maskulinitas pria sebagai sebuah mindset atau budaya. Dan hal tersebut tidak bisa dikembalikan lagi yang membuat khawatir tidak bisa memiliki anak lagi.
Meskipun vasektomi masih dibagi menjadi dua, satunya hanya pengikatan saluran dan satunya lagi pemotongan saluran membuat mereka takut untuk melakukannya. Seringkali prosedur ini membuat trauma dan banyak pemikiran lainnya yang membuat pria enggan memanfaatkannya.
Sebagai penutup fakta-fakta diatas adalah yang terjadi di sekitar kita. Setelah sobat membaca ini, bolehlah untuk memikirkan kembali untuk para pria ikut andil dalam memutuskan pencegahan kehamilan. Mengubah stereotip bahwa yang KB cuma wanita akan mengubah dunia lebih baik. Ibu bukan lagi kambing hitam dalam program KB yang harus dijejali, namun ayah juga bisa ikut berkontribusi dalam hal ini. Jadilah keluarga yang bahagia dengan berbagi kasih sayang salah satunya lewat program KB.