Apa saja tugas keluarga terhadap pasien TBC? Penyakit yang ditularkan oleh bakteri yang bisa menular ini membutuhkan waktu yang lama untuk pengobatannya. Tuberkulosis setidaknya membutuhkan waktu 6 bulan untuk bisa disembuhkan dengan obat dari program pemerintah. Proses yang lama dan melelahkan membutuhkan dukungan keluarga yang baik. Tujuannya agar si pasien bisa melewati proses pengobatan dan kembali sehat seperti sedia kala.
Banyak jurnal dukungan keluarga pada pasien TB paru yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan faktor yang memengaruhi kesembuhan pasien. Baik secara langsung maupun tidak langsung, ada peran keluarga yang harus dijalankan ketika penyakit menular ini menyerang salah satu anggota keluarga. Meskipun menular bahkan ke keluarga sendiri, tugas keluarga terhadap pasien TBC harus tetap dijalankan agar keparahan penyakit tidak terjadi. Apa saja yang harus sobat lakukan sebagai keluarga? Langkah dari Gookalian ini dapat mencapai tujuan kesehatan keluarga.
Tugas Keluarga Terhadap Pasien TBC Paru
Ketika salah satu anggota keluarga batuk hingga 2-3 minggu tidak sembuh ditandai dengan keringat keluar di malam hari tanpa aktivitas. Hingga terjadi penurunan berat badan, maka segera periksakan ke Puskesmas terdekat. Ketika terdiagnosa TB paru, maka pihak keluarga pasti dihubungi untuk membantu proses pengobatan. PMO atau pembantu menelan obat yang harus diminum setiap hari oleh pasien biasanya dari pihak keluarga.
Mengawasi Minum Obat
PMO yang telah admin jelaskan diatas merupakan peran dan kewajiban keluarga di rumah. Tanpa adanya orang tersayang yang mengingatkan minum obat, bisa saja pasien lupa melakukannya. Setiap hari harus minum obat dengan jadwal yang tepat yaitu tepat waktu minumnya. Agar obat bekerja dengan baik mematikan kuman dan menyehatkan tubuh sang penderita.
Banyak hal yang bisa membantu pasien dalam keluarga dengan pengobatan TBC. Seperti menggunakan kalender, rak obat, alarm dan hal lain agar sang keluarga yang sakit bisa rutin serta patuh minum obat. Tugas keluarga terhadap pasien TBC akan lebih ringan dengan hal ini.
Melakukan Dukungan Terhadap Psikis Pasien
Obat TBC memiliki efek samping untuk tubuh, bagi sebagian pasien hal ini dirasakan cukup berat. Merasa perut mual, sakit, linglung, pikiran tidak jelas, kencing berwarna merah, pusing merupakan hal biasa yang dirasakan oleh mereka pasien TBC. Tanpa dukungan moral dari keluarga, pasien mungkin akan malas dan tidak mau merasakan efek samping kembali setelah minum obat. Itulah salah satu hal yang membuat pengobatan TBC gagal dan harus mengulang dari awal jika ternyata tidak patuh.
Melayani Pasien Untuk Keseharian
Jauh lebih baik apabila pasien beristirahat total selama pengobatan. Keluarga perlu menyiapkan berbagai kebutuhan harian hidup pasien. Istirahat total akan sangat baik untuk pengobatan si pasien. Keluarga harus memisahkan gelas dan piring makan agar tidak bercampur dengan anggota keluarga lain yang sehat.
Selain itu, bukan bermaksud untuk mengucilkan si pasien. Namun tempat tidur juga harus ikut disendirikan. Kuman penyebab TBC agar tidak mudah menular pada anggota keluarga yang lain. Ruangan tempat tidur pasien harus dibersihkan secara rutin. Terdapat jendela yang dibuka setiap hari untuk sirkulasi udara dan 1 genteng kaca agar sinar matahari masuk. Setiap hari disarankan pasien berjemur dan kamar juga terkena paparan sinar matahari langsung. Bantal dan kasur juga perlu dijemur. Beserta sarung dan pakaian pasien dicuci dengan bersih.
Mengantar Pasien Ke Pelayanan Kesehatan
Adalah penting bagi keluarga sekedar mengambilkan obat untuk sang pasien. Karena bertanggung jawab untuk obat bagi pasien. Akan membahagiakan pasien jika dia hanya tinggal minum obat saja tanpa harus mengambil sendiri. Tugas keluarga terhadap pasien TBC selain itu harus mengantar sang pasien ke pelayanan obat untuk mengambil obat atau menjalani terapi suntikan. Pasien merasa didukung jika sobat melakukan hal ini.
Tidak Mengucilkan Atau Stigma Buruk Ke Pasien
Beredar di masyarakat bahwa TBC itu adalah penyakit kutukan dan keturunan. Hal ini akan menyulitkan pasien untuk bisa sembuh karena stigma negatif dari keluarga. Keluarga tetap boleh bertemu dengan pasien seperti biasa namun tidak diperkenankan terlalu lama. Adanya keluarga yang hadir mendukung akan sangat baik untuk kelancaran pengobatan si pasien.