Memanfaatkan audio sosial seperti Podcast, Clubhouse, Discord dapat sobat lakukan untuk memperluas jangkauan ke konsumen dalam bisnis yang dimiliki. Sebagai platform masa depan, Social Audio harus dimanfaatkan sebagai sarana untuk komunikasi.
Seperti yang kita rasakan saat ini, ada banyak platform audio sosial yang semakin menjamur. Gookalian coba sebutkan yang paling populer di seluruh dunia diantaranya: Clubhouse, Twitter Space, Facebook Live Audio Rooms, Spotify Greenroom, Discord, Stationhead, Spoon dan lain sebagainya.
Ketenaran platform suara ini setidaknya telah diinstal hingga 20 juta pengguna itu baru awal tahun 2021. Setidaknya, investasi ke audio sosial Clubhouse mencapai 4 Milyar Dollar. Beberapa startup kecil seperti Spoon, Wave, Riffr, dan Beams berebut pangsa pasar ini.
Platform aplikasi audio sosial jelas punya daya tarik, karena dunia yang dilanda pandemi dimana orang-orang harus dikarantina. Bertemu secara langsung untuk bincang-bincang tidak dimungkinkan. Maka Clubhouse dan sejenisnya menjadi jawaban atas segala permasalahan tersebut. Format audio jadi makin laris dan populer serta membuat keuntungan dalam beberapa tahun terakhir. Jadi tidak akan salah untuk memanfaatkan audio sosial sebagai platform untuk menjaring lebih banyak konsumen untuk bisnis sobat. Apa saja tipsnya?
Tips Memanfaatkan Audio Sosial Untuk Mendekat Ke Pelanggan
Meskipun ada yang mengatakan bahwa tren audio sosial ini akan menghilang berangsur pandemi Covid yang mereda juga. Tidak ada salahnya untuk mempelajari bagaimana platform audio sosial yang beredar. Bertujuan untuk merumuskan bagaimana memanfaatkannya. Berikut ini beberapa tipsnya:
Terhubung Langsung Ke Pelanggan
Bisnis butuh ikatan yang membentuk loyalitas pelanggan dari waktu ke waktu. Ada pelanggan yang mungkin kurang suka jika berhadapan dengan customer service atau pekerja. Melalui audio sosial, percakapan antar pelanggan dengan pemilik perusahaan bahkan bisa terjadi secara langsung. Tanpa perantara, dan ini merupakan kesempatan yang bisa diambil.
Tidak hanya itu saja, pelanggan bisa langsung mengirim pesan suara yang mungkin panjang untuk dikirim ke tim sobat. Sehingga mudah untuk mengkomunikasikan kritik, saran, dan masalah serta apa saja yang mereka sukai dari perusahaan sobat.
Memperkuat Suara Pelanggan
Biasanya kita sering mendengar kata-kata dari perusahaan seperti, “Kepuasan pelanggan adalah prioritas kami”, “Kami mendengar suara pelanggan, karena pelanggan adalah mitra”. Tapi hal-hal tersebut mungkin hanya sebatas tulisan belaka. Perusahaan yang cerdas akan melakukan berbagai hal melebihi tulisan itu semua.
Mereka akan mendorong adanya kolaborasi yang dibangun melalui berbagai tanggapan konsumen secara nyata. Mewujudkan keinginan dan menunjukkan keprihatinan yang ada pada mereka. Dengan Social Audio, suara pelanggan akan terdengar lebih lantang dari sebelumnya. Bahkan dalam beberapa menit saja, sobat bisa mengumpulkan banyak ide, visi, produk dalam bentuk memo suara dari pelanggan. Hal ini harus disaring yang benar-benar menunjukkan keinginan pelanggan. Tambahkan pekerja untuk hal ini, untuk menganalisis berbagai suara dari pelanggan.
Terhubung Dengan Layanan Yang Tepat
Selain memanfaatkan audio sosial untuk mengambil suara pelanggan. Ada kendala yang harus diperhatikan yaitu penggunaan platform ini secara efektif dan efisien. Mungkin sobat akan menerima banyak ide dan masukkan langsung dari pelanggan. Kalau terlalu banyak, malah menambah pekerjaan yang tidak selesai alias tidak ada waktu untuk menganalisisnya satu persatu.
Jadi Social Audio tidak dapat berdiri sendiri. Selain memanfaatkan audio sosial, kita butuh perusahaan yang mampu mentranskrip berbagai suara pelanggan yang masuk. Menganalisisnya dengan baik sehingga mengetahui suara paling banyak, ide paling banyak, masalah paling banyak yang muncul dalam pelayanan atau hubungan pelanggan dengan perusahaan sobat. Menggunakan tenaga Outsourcing yang memanfaatkan teknologi ini akan membantu mengorganisasikan feedback dari pelanggan.
Aksesibilitas Untuk Masa Depan
Beberapa perusahaan besar seperti Silicon Valley tidak memiliki empati karena telah menggunakan AI mutakhir untuk mengumpulkan data. Facebook juga tidak mempekerjakan orang yang bisa membaca semua bahasa yang digunakan pada platform. Maka tidak heran sering terjadi ketidakpahaman maupun ketidakpekaan yang dapat meredupkan audio sosial.
Lebih jauh lagi, audio sosial memang cukup mudah semudah mendengarkannya dengan telinga. Tapi apakah platform ini cocok untuk orang dengan gangguan pendengaran/tuna rungu? Tentunya aksesibilitas yang lebih baik untuk masa depan pada platform Social Audio adalah perkembangannya yang disertai dengan transkrip dan layanan caption agar dapat menjangkau lebih banyak pengguna.
Berpikir Out Of The Box
Seiring menurunnya kasus Covid dan menghilangnya wabah ini, orang mungkin akan kembali pada kebiasaan lama. Jadi tidak mungkin orang akan berjam-jam terus mantengin itu aplikasi audio sosial. Sobat mungkin juga harus terus berpikir kedepan tentang bagaimana platform audio ini terus berubah menyesuaikan gaya hidup orang-orang. Kombinasi antar aplikasi Social Audio dengan realitas hidup manusia harus terus dikembangkan oleh entrepreneur.
Seperti contoh Instagram yang pasarnya akan kemakan Snapchat. Kemudian Instagram membawa fitur dimana pengguna merasakan sensasi seperti Snapchat tanpa harus berpindah aplikasi. Begitu pula dengan TikTok, Instagram bersaing dengan meluncurkan Reels. Sebuah fitur yang memang mirip dengan TikTok untuk menyainginya. Hal ini memberikan sebuah pandangan bahwa penggunaan platform tertentu harus bisa bersaing dengan yang lain seperti layaknya bagaimana seorang entrepreneur mengusahakan sesuatu dari perusahaannya.