Meskipun anak salah, alasan tidak boleh memukul anak sebagai hukuman adalah untuk kebaikan masa depan anak sendiri. Sobat sendiri, kalau sedang berada pada kondisi Mood jelek juga tidak boleh menjadikan anak sebagai pelampiasan.
Meskipun memukul anak bisa jadi sebuah hukuman, namun ini mungkin kurang dibenarkan. Pastinya semua anak pernah mengalami fase nakal atau rewel sampai-sampai orang tua pusing untuk menghadapinya sampai-sampai memukul, tapi hindari ini. Berikut Gookalian bagikan info kepada sobat kenapa tidak baik untuk menghukum anak dengan memukulnya.
Alasan Tidak Boleh Memukul Anak Sebagai Hukuman
Ada begitu banyak penelitian yang dilakukan terkait perkembangan mental maupun psikologis pada anak-anak yang pernah sampai sering dipukul di masa kecilnya. Ini berdampak buruk bagi mereka, dan juga dampak yang tidak baik lainnya.
1. Beresiko Menjadi Penyakit Mental Menjadi Alasan Tidak Boleh Memukul Anak Sebagai Hukuman
Penelitian yang bertajuk hukuman fisik pada anak dapat membuatnya beresiko mengalami gangguan mental hingga beranjak dewasa (Akademi Pediatri Amerika). Pada studi yang dilakukan tersebut gangguan yang menyerang berupa perubahan Mood dan rasa cemas bahkan sampai pada pelampiasan anak ke rokok dan obat-obatan.
Tujuan menghukum adalah baik, namun dengan kekerasan fisik dengan memukul yang terlalu sering dapat berefek berkebalikan. Anak dapat memiliki rasa cemas (Anxiety) yang berlebihan saat beranjak dewasa.
2. Merusak Hubungan Dengan Orang Tua
Disiplin memang bagus diterapkan pada anak sehingga baik untuk kebiasannya kedepan. Namun penggunaan kekerasan dapat merusak rasa saling percaya anak pada orang tua. Sobat yang menjadi orang tua akan menjadi momok yang ditakuti, bukan menjadi partner dia menjadi dewasa.
Seringkali rasa takut akibat kekerasan ini menyebabkan masalah kepercayaan. Anak yang telah dewasa menjadi pribadi yang sulit untuk menjalin relasi dengan orang lain.
3. Memberi Contoh Buruk Bahwa Kekerasan Menyelesaikan Masalah Dan Benar
Anak merupakan permata yang sangat mudah mencontoh sesuatu dari apa orang tuanya misalnya. Jika dia dihadapkan pada masalah yang sama dalam hidupnya dengan teman-temannya, bisa jadi kekerasan juga akan digunakannya untuk menyelesaikan masalah. Atau orang hanya akan didengar jika melakukan kekerasan seperti memukul dan sejenisnya. Ini tidak baik untuk kepribadian anak saat dia tumbuh dewasa.
Selain itu, hal ini dapat menanamkan nilai bahwa seseorang yang lebih besar atau tua berhak memukul orang lain. Padahal ini tidak baik dan tentunya dapat menjadikan anak tumbuh dengan pribadi yang menakutkan. Jangan sampai hal ini terjadi,
4. Tidak Efektif
Menggunakan kekerasan adalah satu jalan yang benar-benar membuat anak perhatian dan mungkin tidak akan mengulangi kesalahannya. Strategi ini mungkin kurang efektif untuk mengajarkan suatu hal yang benar ataupun salah. Apalagi memukul dengan emosi maupun marah dapat menyebabkan anak menirunya, dan menjadi pribadi yang gampang marah.
Memukul anak mungkin tidak akan memberikan efek jera, malah membuatnya semakin menjadi. Memukul pada bagian tertentu khususnya kepala dapat mempengaruhi kecerdasan, daya ingat, dan kreativitas anak. Karena otak dapat terganggu apabila menerima benturan-benturan fisik yang mempengaruhi perkembangan otak anak.
5. Anak Menjadi Berperilaku Menyimpang
Ini merupakan sebuah lingkaran setan, orang tua yang mendidik anak dengan cara kekerasan dapat pula terjadi sebuah pengulangan. Ketika anak dengan didikan keras ini dewasa dan punya keturunan, dapat dimungkinkan anaknya juga akan mengalami hal yang sama.
Disiplin dengan memukul akan menjadi hal yang wajar dalam kehidupan turun temurun keluarga. Padahal ini merupakan kebiasaan yang sangat buruk. Ini merupakan perilaku menyimpang yang jangan sampai sobat dan keluarga mengalami hal ini.
Setelah sobat mengetahui berbagai dampak yang dapat ditimbulkan dari memukul anak sebagai hukuman. Sebagai orang tua, layaknya harus berpikir panjang untuk memberikan pelajaran untuk sang buah hati. Tarik nafas panjang, dan pikirkan itu. Sobat bisa menggunakan pilihan lain sebagai metode punishment seperti tugas tambahan, membiarkan anak merenung dengan kesalahannya. maupun tidak mengizinkannya melakukan kegiatan favoritnya.