Kali ini Gookalian ingin sedikit mengutarakan tentang Game kekerasan berdampak ke mental anak. Apakah hal tersebut bisa terjadi?
Game menjadi hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan anak jaman sekarang. Mengisi waktu luang kini berbeda dengan masa lalu. Anak-anak cenderung berkumpul membawa gadget lalu fokus pada ponsel masing-masing. Meskipun kelihatan berkumpul namun berbeda dengan jenis permainan tradisional yang membutuhkan gerak.
Game gak hanya yang simpel seperti menata balok, menembak bola Zuma sampai tembak-tembakan Battle Royal seperti PUBG atau Free Fire. Adapun permainan yang menunjukkan kekerasan di dalamnya seperti tinju, menembak zombie dan lain sebagainnya.
Adegan kekerasan berupa darah, membunuh, menembak dengan sadis perlu kita waspadai untuk anak kita. Bagaimana kita menanggapi permainan tersebut?
Apakah Game Kekerasan Berdampak Ke Mental Anak
Penelitian Mengatakan Iya
Studi menemukan bahwa ada hubungan antara bermain game dengan perilaku agresif (USAToday). Dan benar sekali bahwa video game dapat mempengaruhi perilaku anak dari waktu ke waktu.
Sebenarnya cukup sulit mendapatkan hubungan yang jelas antara game yang memiliki unsur kekerasan dengan perilaku anak yang agresif (menurut Dr. Westers, clinical psychologist at Children’s Health℠ and Associate Professor at UT Southwestern).
Anak dan remaja mungkin berperilaku sesuai dengan apa yang mereka lihat dan sukai. Media termasuk televisi dan film memiliki artis dimana mereka akan ditiru sebagai Influencer. Hal ini mungkin terjadi juga pada dunia video game.
Penelitian Mengatakan Tidak
Studi pada sekolah menengah Dr. Brenda Wiederhold, CEO Interactive Media Institute mengemukakan tidak ada efek jangka panjang pada perilaku remaja yang bermain game kekerasan. Penelitian ingin melihat apakah paparan game berkaitan dengan kecemasan, gejala somatik, dan depresi dua tahun setelah paparan.
Game bertema kekerasan tidak menunjukkan kaitan erat dengan perilaku agresif atau kondisi mental anak. Meskipun begitu, perdebatan tentang game jenis ini selalu berbuntut panjang. Ya karena ditengarai oleh perilaku di dalam game akan ditiru oleh pemainnya di masa depan kelak.
Journal Cyberpsychology, Behaviour, and Social Networking malah mengungkapkan bahwa perilaku agresif berasal dari teman sebaya yang menyimpang dan memiliki kepribadian tertentu.
Bagaimana Agar Game Kekerasan Berdampak Ke Mental Anak Tidak Terjadi
Sang pelindung anak utama untuk mengatasi masalah mental adalah hubungan yang sehat dengan orang tuanya. Jika koneksi kuat antar keduanya, komunikasi akan terbangun dengan baik. Anak akan nyaman ngobrol bersama orang tua. Berikut ini beberapa tips untuk menciptakan perilaku sehat dalam bermain video game:
Membuat Aturan Game Yang Dimainkan
Orang tua harus jelas memberikan peringatan ke anak tentang kapan waktu harus bermain. Berapa lama maksimal bermain. Menyelesaikan tanggung jawab seperti PR sebelum bermain game. Berlaku sportif saat menang atau kalah dalam bermain game.
Lebih cepat untuk membuat aturan adalah lebih baik. Mencegah mereka terlalu lama bermain game untuk mengatasi telat makan, kurang tidur, dan masalah lainnya.
Bermain Bersama Dan Tunjukkan Belas Kasih
Pengasuhan juga berpengaruh luas sebagai bagian dari hubungan pada anak. Video game akan menyenangkan jika orang tua hadir bersama dengan anak. Selain mengawasi, orang tua bisa jadi model yang punya perilaku baik saat bermain.
Sobat sebagai orang tua harus memahamkan tentang dunia nyata itu berbeda dengan dunia game. Dengan memberikan rasa empati, seperti rasa sakit pada karakter jika dibandingkan dengan dunia nyata memberi pukulan pada orang lain. Ingatkan tentang nilai sebuah keluarga merupakan pengajaran seumur hidup.
Terakhir, periksa juga perubahan perilaku pada anak setelah mereka bermain game. Sulit tidur, agresif, lebih mudah tersinggung dan tanda lain sebagai akibat dari bermain game.